Siapa disini yang sering sambat di sosial media ?
Bikin story background hitam dengan tulisan putih, menggalau tentang masa lalu. Mungkin lebih parah sindir-sindir pedes via stroy. Julidin pacarnya mantan, atau bahkan temen seorganisasi.
Waduh hati-hati deh, apalagi kalau kalian dalam proses recruitment karena recruiter bisa jadi lagi stalk kalian.
Â
Proses ini dinamakan background cek, dimana recruiter ingin tahu gimana sih kepribadian dari kandidat. Lebih lagi, recruiter pengen tahu bagaimana etika kita di sosial media. Kalo Mindang jadi HR sih, juga males ya hire tukang julid di story, ntar kalo julidin atasan, perusahaan atau HR nya sendiri gimana coba? Apalagi ketika kita menyandang status sebagai tim dari suatu perusahaan, bukan tidak mungkin kita menjadi “wajah” dari perusahaan tersebut.
Kalau kalian pikir, background cek sosial media ini hanya mitos belaka kalian salah besar ! Riset yang dilakukan oleh CareerBuilder pada tahun 2017 lalu, menunjukan bahwa 70% recruiter stalking sosial media dari kandidat selama proses rekruitmen. Bayangin deh, kalau 2017 aja udah 70% yang stalking, dengan semakin maraknya sosial media bukan hal aneh bila presentasenya naik. Hal ini juga dibenarkan ole founder dari FutureHR, Audi Lumbantoruan, dalam interviewnya dengan detik.com, Ia menyampaikan disamping pengecekan CV, background cek sosial media juga dilakukan kepada kandidat.Â
Â
Apa saja yang di cek recruiter dari sosial media…
Ada beberapa hal sebenernya yang dilihat dari soseial media kalian, tapi yang utama adalah postingan-postingannya. Tentu recruiter pengen tahu dong, kamu post apa sih, provokasi atau engga, negative vibes apa engga, julidin orang mulu atau engga. Kalau yang kamu pos karya-karya kamu, prestasi kamu, atau daily routine kamu yang positif pasti dapat nilai plus sendiri deh. Terus yang kedua itu dilihat juga bahasa yang digunakan, kasar gak sih, sopan gak sih, jangan-jangan ni kandidat cuman sok sopan aja didepan HR. Ketiga nih, persona yang kalian ciptakan. Iyasih, banyak yang jadikan sosial media sebagai jurnal pribadi, tapi gak sedikit yang menjadikannya saluran profesional juga. Ya apapun yang kamu pilih, pastikan persona yang muncul itu positif ya… jangan sampe kamu pasang persona wild and free and no responsibility, bye bye deh kerjaan…
Â
Recruiter melakukan background cek sosial media tentu bukan karena iseng doang pingin stalk atau pengen kepo in kehidupan kalian. Dari sinilah mereka menilai apakah kandidat sesuai dengan budaya perusahaan, apakah kandidat bisa memberi vibes positif bagi tim, paling penting recruiter ingin mencegah orang toxic masuk ke circle kerjaan.
Â
Sekali lagi, hati-hati yak main sosmed nya udah mulai dipantau tuh..
kecuali kamu bawaan orang dalem sih, mungkin bakal lolos dari tahap background cek hihihi.